Badik merupakan senjata khas masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Makassar. Secara umum masyrakat mengenal badik Makassar sebagai badik Lompobattang karena bentuk bilahnya yang melebar pada bagian perut. Namun bagi kalangan pemerhati dan komunitas pusaka, badik Makassar memiliki nama yang berbeda sesuai dengan daerah atau tempat asal penempaanya.
Hal inilah yang coba diangkat ke publik luas oleh salah satu pemerhati pusaka badik Makassar, Naston, melalui Fasilitasi Pemajuan Kebudayan BPK wilayah XIX dalam Sarasehan dan Pameran Pusaka Badik Laca' Makassar. Berlangsung dari 6-8 September 2024 di situs cagar budaya Fort Rotterdam Makassar.
Kegiatan sarasehan yang berlangsung di bioskop mini Fort Rottedam menghadirkan dua pembicara yakni Dr. Dian Cahyadi, M. Sn., seorang dosen dari FSD UNM dan Ashadi, seorang praktisi yang sudah cukup lama bergelut di bidang pusaka.
Dalam paparannya Dian Cahyadi mengemukakan bahwa setiap wilayah memiliki penamaan badik yang berbeda yang juga menjadi identitas wilayah tersebut. Hasil penelusuran menemukan adanya enam laca' berbeda yang dikategorikan sebagai lacak Makassar yakni Cindakko, Taeng, Panjarungang, Campagayya, Bogo/Lengkese dan Kampung Batu. "Badik ini bukan sekadar senjata, tetapi simbol identitas dan martabat Masyarakatnya" jelas Dian.
Berdasarkan hasil penelitiannya Dian Cahyadi menemukan bahwa secara morfologi badik Makassar terispirasi dari bentuk alam. "Dari sisi bentuk ada yang merujuk pada bentuk jantung pisang, karena itulah badik makassar bilahnya lebar. Sedang bentuk yang lebih ramping merujuk pada daun bambu" tuturnya.
Sedang Ashadi menuturkan bahwa badik lebih populer dibanding jenis senjata lain bagi masyarakat Makassar karena bentuknya yang praktis dan mudah dibawa. "Badik ini praktis dan mudah dibawa. Selain itu adanya nilai spiritual didalamnya yang membedakan dengan jenis senjata lainnya" papar Adi Pusaka, sapaan akrabnya. "Selain itu saat ini, badik juga memiliki fungsi lain sebagai sumber ekonomi bagi teman teman" tutur Adi Pusaka merujuk pada jual beli badik yang disambut tawa peserta sarasehan.
Ketua Penyelenggara Naston, menganggap kegiatan edukasi terkait pusaka sangat penting sebagai upaya pelestarian dan pemajuan kebudaya. "Badik adalah salah satu identitas khas kebudayaan kita khusunya Bugis Makassar. Kegiatan edukasi semacam ini penting agar memberi pemahaman yang komprehensif kepada Masyarakat". tutur Naston.
Terdapat 30 bilah badik Makassar dari enam laca' berbeda yang dipamerkan. Pengunjung dapat melihat langsung perbedaan bentuknya. Beberapa diantaranya merupakan bilah tua yang sudah langka. Pengunjung juga dapat berdiskusi langsung dengan para pegiat pusaka yang ikut berpartisipasi dalam pameran. Pameran berlangsung hingga hari ini.
"Saya berterima kasih kepada Balai Pelestarian Kebudayan yang telah memfasilitasi kegiatan berharga ini". Tutup Naston.